Presiden Jokowi : Tahun Ini Ada 1.000, Tahun Depan Minimal 3.000 BLK di Pesantren  

JAKARTA (iHalal.id) — Presiden  Joko Widodo mengatakan, setelah tahun ini membangun 1.000 Balai Latihan  Kerja (BLK) Komunitas di pesantren, tahun depan jumlahnya ditargetkan naik menjadi minimal 3.000.

Demikian disampaikan Presiden  Jokowi saat menyaksikan dan memberikan sambutan pada penandatanganan kerja sama antara Kementerian Ketenagakerjaan dengan pondok pesantren penerima bantuan BLK Komunitas untuk pesantren di Jakarta, Rabu (20/2/2019)

“Saya kira kalau cuma seribu, masih sangat kurang. Tahun depan minimal 3.000. Karena jumlah pesantren di Indonesia mencapai 29 ribu,” kata Presiden Jokowi.

Presiden menyatakan, Indonesia dihadapkan pada bonus demografi, di mana penduduk usia produktif jauh lebih banyak. Bonus demografi akan menjadi masalah bagi Indonesia jika angkatan kerja tidak memiliki keterampilan kerja. Indonesia harus siap menyongson bonus demografi dengan menyiapkan angkatan kerja yang terampil.

Penyiapan angkatan kerja terampil melalui BLK Komunitas di pesantren, menurut Presiden Jokowi adalah langkah yang sangat efektif serta menghasilkan pelatihan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pelatihan dilaksanakan langsung di dalam pesantren yang pesertanya menetap. Sehingga proses pelatihan bisa dilakukan kapan saja, siang atau malam.

Selain itu, pesantren diberi kebebasan menentukan jurusan keterampilan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di daerah setempat, sehingga betul-betul terjadi link and match.

“Selanjutnya Saya akan melihat langsung ke lapangan, guna memastikan BLK di pesantren bejalan baik,” tegas Jokowi.

Tahun 2017, Kementerian Ketenagakerjaan mengawali pembangunan BLK Komunitas di 50 pesantren. Tahun 2018 naik menjadi 75. Tahun 2019 naik menjadi 1000 BLK Komunitas di pesantren.

“Bapak Presiden langsung memberikan arahan untuk membangun 1.000 BLK Komunitas. Saya sampai kaget karena senang sekali melihat komitmen Presiden terhadap dunia pesantren yang begitu kongkrit,” kata Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri.

Menurut Hanif, adanya terobosan BLK di pesantren, karena Presiden Jokowi paham  betul bahwa dulu orang mondok di pesantren itu gratis. Santri numpang makan di rumah kiai. Konsekuensinya, selain mengaji, santri harus membantu kegiatan ekonomi kiai. Kiainya berdagang, santri ikut bantu kiai berdagang. Kiainya bertani, santri ikut bantu kiai bertani. Dampaknya, selesai dari pesantren, santri tak hanya menguasai ilmu agama, namun juga menguasai keterampilan kerja.

Setelah pesantren mengadopsi sistem syariah dimana santri membayar bulanan, lanjut Menaker, maka fokus santri hanya mengaji. Secara umum tidak ada pembekalan skill. Soft skill santri bagus, tapi hard skill-nya kurang. (Sat)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *