“Dengan aplikasi tsb bila masyarakat melihat ada tempat sampah yang sudah penuh maka ia cukup memberikan “tanda” pada tempat sampah tsb dan kemudian secara digital pengelola area dapat melihat informasi tsb untuk kemudian mengutus orang mengatasi sampah yang sudah penuh.”
( ihalal.id ), – Kita ketahui bahwa masalah sampah adalah masalah ruwet di kota besar, apalagi di ibukota. Kita masih ingat saat dulu ada masalah utk pembuangan ke TPA Bantar Gebang maka dalam hitungan 2-3 hari saja Jakarta langsung jadi kota jorok karena sampah membludak, dan kita ketahui bahwa sampah adalah kambing hitam penyebab utama banjir (walau sebenarnya penyebab utama adalah pemprov (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta—red.) yg gagal mengontrol tata kota dan kini mulai dibereskan pasangan Gubernur Anies-Sandi.
Anyway, itu masalah pembuangan yang tidak akan saya bahas disini karena pokok bahasan saya justru pada kesemrawutan penyediaan tempat sampah itu sendiri.
Simak kampanye “buanglah sampah pada tempatnya” terkesan anjuran yang menarik tapi kalau diperhatikan justru itu adalah salah satu arogansi awal pemerintah (sekaligus keluguan pemerintah) dalam tata kelola sampah karena dengan slogan itu JELAS SEKALI bahwa pemerintah hanya mampu “memerintah” yakni MENYURUH masyarakat membuang sampah pada tempatnya, akan tetapi berdasarkan data yang saya kumpulkan dari internet nyata kelihatan banyak sekali bukti bahwa ternyata penyediaan TEMPAT-nya itu sendiri tidak standar.
Pemerintah sendiri dari tingkat kementrian lingkungan hidup sampai dinas kebersihan di pemprov DKI Jakarta tidak sanggup berfikir bagaimana cara penyediaan sampah yang benar. Apakah saya sok tahu? Tidak sama sekali, saya punya banyak bukti digitalnya. Mari kita buktikan.
Dasar pembuangan sampah masa kini dikenalkan 3 jenis tong sampah yang dibedakan dalam warna dan kategori sbb:
1. Hijau untuk organik
2. Kuning untuk non organik
3. Merah untuk sampah berbahaya (Baterai, Tinta, Oli, dll)
4. Biru untuk kertas ß ini standar tambahan, ada yang menerapkan ini dan
ada yang tidak
Bagi yang mengerti kategori tersebut akan setuju dan langsung manggut2 bahwa pengkategorian itu sudah benar. Sehingga mereka yang membuang sampah “tidak sesuai kategorinya langsung dicap salah” begitu bukan? …ahhhaa….. nanti dulu, justru dalam pembuatan kategori itu saja sudah SALAH BESAAAAR. Ini buktinya.
1. Kesalahan pertama
coba perhatikan bahwa ada kategori “sampah ORGANIK”, itu berarti secara harafiah sampah diluar organik termasuk sampah non organik bukan (mau itu sampah berbahaya, kertas dll itu tetap bukan barang yang mudah busuk, yang berarti itu adalah non organik). Itu berarti kertas dan sampah berbahaya tidak salah kalau dimasukan pada tong non-organik bukan? Walau untuk kertas dan sampah berbahaya sudah disiapkan tong tersendiri tetapi berhubung ada kategori sampah NON-ORGANIK maka membuang sampah selain yang mudah busuk kedalam tong NON-ORGANIK jadi tidak dapat disalahkan, walau kenyataannya masih salah.
2. Kurang paham definisi
Penentuan organik dan non organik itu adalah klasifikasi ilmiah (ya tentu untuk hal sepele ini aja mungkin pemerintah perlu sampai studi banding keluar negeri hehehe, saya tidak tau pasti apakah betul ada studi banding hanya utk sampah tetapi setahu saya diluar negeri juga kategorinya seperti itu jadi saya anggap Indonesia sekedar meniru penerapan tanpa penyesuaian dengan kondisi/pengetahuan umum masyarakat), Apakah pemerintah pernah survey ke masyarakat atas pemahaman organik / non-organik? ….. well, saya pernah (iseng juga ya ditengah kesibukan saya di telematika masih melakukan survey seperti ini, anyway ini survey nyambi kok) dan dari kalangan educated sampai non educated ternyata hanya 20% yang bisa jawab cepat dan mengerti perbedaannya, 10% lainnya bisa jawab benar tapi harus mikir dulu dan surprise surprise 70% ternyata tidak tahu mana yang
sampah organik dan non organik!!!
Nah bisa dibayangkan walau pada tong sampah tertulis kategori tsb maka 70% orang punya kesempatan 50:50 utk membuang sampah secara salah.
Kenapa soal sampah saya juga survey ke orang yang educated? Karena di Indonesia orang yang educated lazimnya akan menjadi acuan. Nah sekarang bayangkan apabila yang educated saja tidak mengetahui perbedaan tsb maka saat dia ditanya oleh yang non-educated mengenai kedua perbedaan tsb maka sangat mungkin jawaban sang educated salah akan tetapi diyakini sebagai jawaban benar oleh si non-educated. Dan sejak itu pembuangan sampah selalu akan kacau oleh mereka tersebut.
3. Kesalahan menentukan kategori sampah hanya dalam warna
Mungkin pemerintah merasa sudah cukup dengan mengkategori sampah berdasarkan warna atau juga karena tidak menyadari lemahnya pemahaman publik, mungkin atas logika dengan susunan seperti apapun orang tidak akan salah membuang sampah. Silakan lihat contoh gambar terlampir misal di Waduk Ria Rio saja (yg baru dibangun) dalam lokasi yang hanya beberapa langkah saja susunan warna sudah berbeda. Dan perbedaan standar susunan tsb tidak hanya terjadi di Waduk tsb tapi dibanyak tempat, baik di perkantoran, pertokoan, perumahan, tempat hiburan dll. Kenapa kategori warna saya permasalahkan karena ada banyak orang yang terkendala dalam hal warna seperti: Orang yang buta warna, Tuna Netra, Saat gelap, dll. Atas orang-orang atau kondisi yang seperti itu tentu besar resiko orang salah buang sampah tetapi itu bukan kesalahan mrk karena dalam hal apapun mrk tidak dapat mendeteksi warna.
Masih dalam hal warna kembali bukti digital menunjukan bahwa warna standar bukanlah hijau-kuning-merah. Karena ada juga orang yang menyediakan tempat sampah dengan kombinasi biru-kuning-merah.
4. Keindahan mengorbankan keperluan utama
Kita tahu bahwa orang buang sampah pada dasarnya karena benda tsb tidak dipakai lagi, apapun benda tersebut. Kini coba lihat data digital terlampir, kebetulan contohnya diambil dari foto di Waduk Ria Rio. Lubang untuk sampah non-Organik kecil, hanya berbentuk bulat dan hanya cukup untuk kepalan tangan, Beda dengan lubang untuk sampah organik dan B3. Lalu apa masalahnya? Bila sampah non-Organik yang akan dibuang tidak cukup dengan lubang tersebut dan orang tsb pasti tidak ada waktu dan tidak mau mencari tempat sampah lain maka yang akan dia lakukan adalah membuang ke tempat yang muat, dalam hal ini Hijau atau Merah. Itu berarti fasilitas pemerintah yang salah tsb justru menghalangi orang yang sedianya akan tertib dan pada akhirnya pemerintah juga yang dirugikan karena sampah terbuang pada tempat yang tidak semestinya. Bahkan sangat mungkin orang yang tadinya akan tertib lalu menaruh sampah ditong.
Apa solusinya? Tentu ada, dan beberapa diantaranya melibatkan solusi digital/ sosial media/ media mainstream dan tentu sangat mudah:
1. Pemerintah tetap perlu mensosialisasikan cara pembuangan sampah sesuai warna.
2. Pemerintah harus memberikan standar baku yang WAJIB diikuti semua
Lapisan yakni warna dan susunan sbb: (dari kiri ke kanan: hijau – kuning – biru – merah). Dengan standar spt itu maka orang yang buta warna sekalipun atau ditempat gelap mudah mengikutinya yakni: Kiri = Organik, Tengah = Non-Organik, Biru = recycleable, Kanan = B3.
3. Bila tempat sampah hanya dua berarti hijau – kuning. Bila 3 haruslah
hijau – kuning – biru. Bila mau menerima sampah B3 maka tempat tsb tetap harus menyediakan ke empat tong tsb.
4. Untuk menghemat biaya dan adanya konsentrasi beban sampah pada
jenis tertentu maka perbedaan bisa dalam ukuran, akan tetap posisi/ urutan harus tetap sama.
5. Di lapangan laiknya baik pemerintah, pendidik, profesional, pekerja,
pelajar ibu rumah tangga siapapun laiknya saling cek silang dan menkoreksi lingkungannya manakala menemukan tempat sampah yang tidak sesuai dengan urutan maupun warna.
6. Daripada membuang biaya sangat besar utk iklan sosialisasi (sehingga
duit masyarakat juga yang dihabiskan) maka cara membuang sampah yang baik seyogyakan menjadi iklan layanan sosial (sehingga tidak perlu ada biaya tayang).
7. Pada setiap sinetron yang rating tinggi pada skenario yang ada bisa
diselipkan obrolan2 dengan sesekali adegan2 membuang sampah yang benar (bisa dengan sedikit naskah sosial cara buang sampah). Dengan demikian masyarakat melihat idola2 mereka membuang sampah dengan benar maka hal itu lambat laun akan diikuti masyarakat, idola tsb baik artis kesayangan tsb maupun figur fiktif yang diperankan. Bahkan tokoh antagonis sekalipun dapat ditunjukan utk membuang sampah yg benar.
8. Kalangan pemerintah khususnya KLH, dinas kebersihan dll pada kesehariannya atau pada hari tertentu mengantor dengan t-shirt gambar urutan warna tong sampah tsb.
9. Mumpung sebentar lagi PEMILU ada baiknya kepada caleg dimintakan untuk menyumbang 10 set tong sampah tri-warna di DAPILnya (boleh lah yang ditempeli foto mrk, tapi setelah pemilu fotonya akan dicabut dan hanya tinggal tongnya saja). Bayangkan dengan begitu banyak caleg pasti setiap daerah akan tersedia banyak tempat sampah dan masyarkat tidak kesulitan membuang sampah.
10. Dibuatkan aplikasi berbasis internet pencari tempat sampah terdekat (aplikasi tsb sangat mudah, bila pemerinta tidak sanggup membuatnya maka saya sanggup membuatnya bagi masyarat lalu saya bagikan gratis dan dapat didownload gratis baik dari Google Play, Windows Marketplace, AppStore dll). Saya mau dan mampu membuatkan aplikasi tsb bagi Indonesia tercinta tentu dengan syarat pemerintah mau mendukung ide tsb. Itu saja. Ingat bahwa ada puluhan juta masyarakat yang sudah masuk ke era Mobile Internet itu berarti solusi ini akan mempermudah mereka untuk mencari tempat sampah yang terdekat.
11. Dengan aplikasi tsb bila masyarakat melihat ada tempat sampah yang sudah penuh maka ia cukup memberikan “tanda” pada tempat sampah tsb dan kemudian secara digital pengelola area dapat melihat informasi tsb untuk kemudian mengutus orang mengatasi sampah yang sudah penuh.
12. Di jejaring sosial disiapkan akun tempat masyarakat menggunggah foto bila masih ada komplek, lembaga, pertokoan, dll yang menerapkan tong sampah triwarna diluar standar. Tentu hal itu akan membuat pengelola lokasi tsb malu karena terbukti mrk tidak mengikuti mainstream, terlihat tidak update sekaligus tidak educated dan akan segera memperbaiki kesalahannya.
13. Masyarakat juga perlu memfoto toko-toko klontong, hipermarket dll yang menjual tempat sampah dengan warna yang tidak standar dan mempublikasikan itu di sosial media.
14. Kedua langkah diatas seyogyanya perlu ada pembiaran bila ada yang mengimbuhi foto dengan kalimat yang agak ekstrim, menusuk terhadap pelanggar agar mereka jera. Asalkan bukan memfitnah tidak apa-apa bukan?
15. Ajak banyak artis/ public figure/ politisi untuk lebih peduli dengan sosialisasi membuang sampah yg baik, jangan hanya pilih 1 duta kebersihan tetapi galang sebanyaknya artis dan minta mereka berperan serta aktif dalam kegiatan sosial ini. Bagi artis yang tidak/ kurang bersedia berperan aktif pada bagian dari kegiatan kebersihan ini dapat saja dijuluki (misal) artis tidak sehat.
16. Media televisi, infotainment, portal, cetak justru bisa menjadi kunci sukses program tertib sampah ini dan selayaknya memberikan porsi yang lebih terhadap hal ini sehingga awareness dan peran serta masyarakat dapat lebih serentak.
17. Bila hal diatas dilakukan dalam 3 bulan saja pasti dari bulan pertama mulai efektif adanya perubahan dimasyarakat, dan bila dilanjutkan sampai 6 bulan maka masyarakat pasti akan amat sangat terbiasa dan selanjutnya mereka akan TERBIASA HIDUP TERTIB SAMPAH.
18. Tentu bisa ada banyak lagi solusi tambahan.
Dengan langkah seperti diatas maka saya yakin dalam beberapa bulan mendatang negara kita akan lebih apik, lebih bersih dan negara lain akan memperhatikan perbedaan tsb pada akhirnya menjadi lebih tertarik dengan Indonesia yang menjadi lebih bersih sehingga lebih diminati sebagai negara tujuan wisata. Saya masih punya beberapa contoh gambar lain (tidak saya lampirkan semua karena tidak ingin membebani bandwidth apabila anda tidak ingin ikut berperan) bila anda ingin melihat silakan. Demikian sharing ini semoga bermanfaat dan dapat terealisir. Mohon kepada mereka yang mempunyai akses ke instasi, lembaga, pihak2 yang berkompeten atas hal-hal diatas diharapkan dapat memforward ide ini akan bisa terealisir.
Bayangkan, bayangkan bangsa kita kelak menjadi bangsa yang TERTIB dan BERSIH. Duuuuhh bukan main.. subhanallah.. indah.. Insya Allah terealisir, aamiin.