Asal Punya Semangat dan Kreatif, Wartawan pun Bisa Jadi Wirausaha UKM

JAKARTA (iHalal.id) — Kebutuhan ekonomi masyarakat pada umumnya terus meningkat dan sering meninggalkan jumlah gaji atau pendapatan yang diterima. Salah satu solusinya adalah bekerja tambahan dan tidak sedikit yang berupaya menjadi wirausaha. Diharapkan dengan jalan itu, bisa mendapatkan tambahan pendapatan untuk menutupi kekurangan pembayaran kebutuhan sehar-hari bahkan pendapatan tambahan itu bisa ditabung.

UKM hasil karya para awak media. (Foto: dok.iHalal.id).

Hal itu terungkap dalam diskusi bertema “Kewirausahaan baru bagi kalangan media masa” di Kementerian Koperasi dan Usaha, Jakarta, Kamis (25/04/2019). Pada kesempatan itu juga dipajang dan sekaligus dipasarkan sejumlah produk kuliner wartawan seperti opak lidah, kripik singkong, kue nastar, kue keju, dendeng rendang, sambal, dll.

Asisten Deputi (Asdep) SDM Kemenkop UKM Bidang Pengembangan Kewirausahaan, Budi Mustopo  mengatakan, menjadi entrepreneur atau wirausaha pemula adalah keinginan lain bagi para jurnalis dalam hal menciptakan bentuk kewirausahaan untuk menambah income perekonomian keluarga.

“Kewirausahaan itu konteksnya adalah jiwa, semangat dan kreatifitas. Artinya teman-teman merasa ingin ada sesuatu usaha disamping pekerjaan sehari-hari. Bidang usaha itu jelas unlimited (tidak ter batas). Saya yakin teman-teman media punya kretifitas lain disamping punya tuntutan membuat berita dan waktu yang terbatas ” katanya.

Budi Mustopo mengatakan, wartawan yang sudah membentuk suatu badan koperasi hendaknya menjadikan koperasi sebagai laboratorium untuk berwirausaha, sehingga akan menambah kesejahteraan bagi wartawan itu sendiri.

“Terkait dari perkembangan koperasi, bahwa kepengurusan koperasi sesungguhnya di situlah kesempatan menjadikan koperasi sebagai laboratorium untuk berwirausaha. “Selain itu koperasi diharapkan menambah value bagi kesejahteraan anggotanya melalui bisnis yang dijalankan,” kata Budi.

Budi menambahkan, bila suatu usaha ditekuni akan menjadi cikal bakal bisnis koperasi sehingga dapat menghasilkan dampak ekonomi bagi anggotanya. “Ekosistim kewirausahaan telah tersedia, sudah lengkap seperti deregulasi, SDM, aspek modal dan penunjang lain, tinggal kembali pada diri kita mau atau berani tidak berwirausaha,“ tuturnya.

Ditegaskan, tujuan pemerintah ingin menumbuhkembangkan kewirausahaan di Indonesia karena akan banyak menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. “Kita tahu sektor UMKM adalah menjadi tulang punggung bagi ketahanan ekonomi nasional di saat krisis moneter, menyumbang 60 persen lebih PDB dan menyerap tenaga kerja 90 persen,“ tandasnya.

Pada acara yang sama CEO Rubelon.com dan pakar IT, Syarif Hidayat mengatakan, berkembangnya teknologi digital yang demikian cepatnya menjadi sebuah peluang bisnis bagi banyak pihak untuk menciptakan tren bisnis-bisnis baru. “Perubahan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat ini, selain bagi para pebisnis, para penggunapun harus bisa menyikapi perubahan tersebut dengan sangat cepat,” katanya.

Syarif mengatakan, respons industri ke arah dunia digital banyak yang harus dilalui, mulai dengan munculnya para pemanfaatan internet, penyampaian informasi, usaha berbasis online, startup digital berbasis aplikasi, hingga munculnya para raksasa unicorn.

“Seperti Bukalapak.com, per bulan dapat menghasilkan Rp 1 triliun dengan transaksi per hari mencapai 150 ribu dan 1,7 juta pengunjung,” katanya.

Sementara itu, Selly Hadiyanti dari Rumah Kreatif Bekasi (RKB) dalam kesempatan tersebut menguraikan konsep Atention, Interest, Desire dan Action (AIDA) harus tertanam di-mindsetpara pelaku usaha.

Menurutnya AIDA adalah konsep dasar di dalam penjualan. Dimana, konsep ini pertama kalinya ditemukan oleh seseorang berkebangsaan Amerika. Atention dalam konsep AIDA itu adalah menarik perhatian. Pada Attention itu para penjual dituntut mencari kelebihan dari produk yang dijual agar menarik konsumen. “Kemasan juga menjadi salah satu faktor untuk menarik minat konsumen, seperti kemasan yang unik serta gambarnya yang lucu, itu masuk bagian dari attention,” kata Selly.

Sedangkan Interest, kata Selly, adalah cara agar konsumen tertarik dengan produk yang ditawarkan penjual. Dalam hal ini, informasi-informasi seperti pemilik, nama perusahaan produk harus dicantumkan pada kemasan. “Ini ada dari konsep AIDA juga, konsumen jadi ingin tahu tentang produk dan mereknya,” paparnya.

Selly melanjutkan, manfaat-manfaat yang menjadi keunggulan tentang produk yang ditawarkan juga harus disertakan didalam kemasan. Hal ini merupakan bagian dari Desire. “Lalu, kita melangkah ke Desire, yaitu ingin. Kita sebagai sebagai penjual harus tahu bagaimana caranya biar pembeli jadi ingin membeli, oleh karena itu harus dijelaskan keunggulan dan manfaat produk tersebut,” tambahnya.

Dan yang terakhir adalah Action, dimana dalam hal ini penjual diharuskan untuk menerapkan semua yang ada pada poin-poin sebelumnya. Dan apabila belum berhasil, maka dipastikan ada yang salah saat menerapkan konsep AIDA tersebut. “Bila Konsumen tertarik tapi tidak jadimembeli. Berarti ada yang salah dengan konsep AIDA itu. kita harus evaluasi dari konsep AIDA tersebut yang merupakan konsep dari penjualan,” pungkasnya. (Sat)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *