PURWAKARTA (iHalal.id) — Selain Simping (sejenis krupuk tipis—red.) dan Sate Maranggi, kota Purwakarta juga kaya akan kuliner khas lainnya, seperti Bakso. Warung Bakso Jang Good (baca: Jang-gut—red.) yang beralamatkan di Lapang Perumahan Munjul Jaya Lama, Kabupaten Purwakarta Jawa Barat menjadi contoh bagaimana kuliner khas menjadi gaya hidup dan bahkan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Sepintas tak ada yang istimewa dari display Warung Bakso Jang Good ini, namun jika menilik proses pembuatan hingga penyajian, sungguh beda. Selain hasilnya memiliki rasa kaldu yang cuisine, cara pembuatan Bakso melalui proses tahapan “syariah”. Dari memilih bahan daging Sapi yang Halal (termasuk cara penyembelihannya—red.) hingga membacakan salawat dan asma ul husna (nama-nama Allah SWT.—red.) selama proses pembuatan Bakso Jang Good berlangsung. Oleh karena itu, Bakso Jang Good ini masuk dalam kategori Bakso Halal, dimana proses supply chain-nya melalui tahapan syariah itu tadi.
Selain itu, penyajian Bakso Jang Good yang dibanderol dengan retang harga Rp 10.000 – 15.000/ mangkok ini meminimalkan bumbu penyedap, melainkan kaldu yang berasal dari daging sapi pilihan. Hal inilah yang membuat Bakso Jang Good diburu penikmat kuliner, baik dari dalam maupun dari luar Kota Purwakarta. Salah seorang penikmat Bakso, Husen Mansyur mengakui, Bakso Jang Good memiliki citra rasa tersendiri.
“Yang membedakan rasa bakso ini dari bakso lain, mungkin proses penyajian dan keaslian bumbu yang digunakan ya, sehingga kita jadi yakin,” tutur pengajar di SMPN 1 Purwakarta itu, sambil menyantap tetelan daging sebagai topping Bakso.
Bakso Jang Good mulai dirintis pasangan Jippie Mochammad Razif dan Yeyen Nurhasan sejak 20 tahun lalu, ketika mereka membuka kios bakso di kota Subang. Namun pasangan yang dikaruniai dua orang putra dan seorang putri itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota Purwakarta, dengan sedikit memodifikasi rasa serta penyajian.
Seperti diberitakan, saat ini ada sekitar 1,7 miliar jiwa penduduk muslim di seluruh dunia. Menurut survey State of the Global Islamic Economy 2014-2015 Report, pengeluaran konsumen muslim untuk sektor makanan dan halal lifestyle (gaya hidup halal) mencapai 2 Triliun Dollar di tahun 2013 dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 9.5 % menjadi 3,7 Triliun Dollar pada 2019. Hal ini menggambarkan bahwa pasar Halal sangat potensial.
Saat ini, Kementerian Pariwisata tengah mengembangkan Destinasi Wisata Halal Unggulan melalui Indonesia Muslim Travel Index (IMTI), termasuk untuk sektor kuliner. Untuk itu, Jippie Mochammad berharap, pemda Kabupaten Purwakarta ikut serta mengembangkan wisata kuliner berbasis Halal. (Gaf)