Beratnya Jadi Ustadz


Oleh : Idat Mustari*

Meskipun gelar Ustaz bukan gelar akademis namun tak ringan beban yang ditanggung olehnya. Ketika ia mengajarkan shalat kepada murid-muridnya di madrasah maka ia wajib shalat pula. Ketika mengajarkan shalat yang khusyu maka ia wajib shalat khusyu pula.

Mengajarkan ilmu agama kepada para santrinya, berbeda dengan beban guru pelajaran umum. Guru olahraga yang menyuruh murid-muridnya lari tak perlu dirinya lari. Kalau ada guru kebetulan laki laki yang mengajarkan ilmu kebidanan, tak perlu dirinya harus melahirkan.

Sang ustaz yang mengajarkan ilmu agama dibayang-bayangi oleh ayat dalam Al-Quran “sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Saff : 3). Di ayat lain Allah menyebutnya sebagai orang yang tak berakal pada mereka yang menyuruh berbuat kebaikan sementara dirinya tak melakukannya. (QS. Al-Baqarah : 44).

Selain tanggung jawab yang begitu besar, kadang menjadi ustaz serba salah, menentukan besaran honorium /amplov dianggap ustaz matre. Ada ustad yang pergi ke tempat pengajian dengan  naik motor sendiri, eh sama yang mengundangnya tak diberikan amplov cukup dengan ucapan” Terimakasih Pak Ustaz sudah ihklas memberikan ceramah di tempat kami.”

Padahal sang ustaz itu butuh untuk beli bensin dan membeli kebutuhan keluarganya, maklum sang ustaz tak punya pekerjaan lain, selain memberi ceramah. Memang sih konon kabarnya ada juga ustaz bertajir selain memberi ceramah juga punya resep cara cepat jadi orang kaya yakni melalui shadaqah.

Selain itu menjadi ustaz yang memberikan ceramah dari majelis taklim ke majelis taklim tidaklah mudah, harus mencari materi yang bagus untuk disampaikan di hadapan para jamaah. Bahkan salah membawakan  materi bisa ditinggalkan oleh para jamaahnya pada saat sedang membeikan ceramah, seperti yang dialami oleh seorang ustaz yang sedang memberikan ceramah di majelis taklim yang pesertanya adalah hanya kaum ibu-ibu.

Ketika itu sang ustaz menjelaskan tentang tipe-tipe keluarga.

Ustad : “Bu, tau ga ada berapa tipe keluarga dalam Islam?”

Ibu-ibu : “Ga tau, Tad..!”
Ustad : “Ada 4 tipe, ibu-ibu”

“Yang pertama tipenya Abu Lahab, suami dan istri sama-sama durhaka pada Allah.

Yang kedua tipenya Fir’aun, suaminya kafir, istrinya sholehah, calon surga malah.

Yang ketiga tipenya Nabi Nuh, suaminya soleh, istrinya durhaka.

Yang keempat tipenya Nabi Ibrahim, suami istri sama-sama soleh, semua ahli surga sampai anak cucunya pun menjadi Nabi.”

“Maa sya Allaah!!”, (jawab ibu-ibu serempak)

“Nah, ibu-ibu mau jadi tipe yang mana nih keluarganya?”

“Tipe Nabi Ibrahim, Ustaaaadz….!” (Jawab ibu-ibu serempak)

“Baguus, alhamdulillaah….! Tapi inget bu, Nabi Ibrahim istrinya DUA, Siti Hajar dan Sarah. Siap bu?” (Suasana hening, Pengajian pun bubar)

Sang ustaz hanya bengong sendirian…………

*Pemerhati Sosial, Agama dan Advokat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *