(ihalal.id-Lifestyle) , – TASIKMALAYA yang terletak sebelah tenggara dari Kota Bandung sekitar 106 km ternyata mempunyai kekuatan di sektor kuliner. Tidak berbeda jauh dengan Bandung, kota Tasikmalaya yang berjuluk kota santri dan dipenuhi oleh pesantren, menjadi magnet tersendiri bagi pelancong yang khusus mencari makanan khas setempat.
Salah satunya yang sudah menjadi buah bibir adalah bubur ayam. Tidak dipungkiri secara umum, penjual bubur ayam banyak tersebar di pelosok kota, tapi salah satu yang banyak dikenal adalah Bubur Zenal yang terletak di sebuah gang sempit di Jalan R. Ikik Wiriadikarta (dulu Jalan Kalektoran). Bubur ini sungguh nikmat. Rasa buburnya gurih tanpa harus disiram kuah. Gurih itu berasal dari campuran kaldu dan bumbu.
Zenal Rosadi, sang pemilik mengakui, bubur buatannya berbeda dengan bubur lainnya. Ini antara lain wajib memakai ayam kampung yang terdiri dua jenis irisan ayam putih yang diambil dari bagian dada dan ayam merah tua yang diambil dari bagian paha.
Kombinasi dua jenis daging ayam itu, ditambah irisan cakue, tongcay, dan emping. Bisa juga disiram telur setengah matang.
Rasa bubur Zenal sungguh menggugah selera. Meski ada di gang tapi banyak didatangi pengunjung bemobil. Pada saat libur, mobil berplat luar kota seperti B (Jakarta) dan D (Bandung) lebih banyak terlihat. Orang tidak keberatan mengeluarkan Rp 25 untuk satu porsi atau Rp 15.000 untuk setengah porsi.
Menurut Zenal, usaha buburnya mulai dibuka di Kota Tasikmalaya tahun 1969. Sebelumnya, Zenal berdagang bubur di Jakarta mulai tahun 1961 hingga 1969. “Karena terlalu jauh, tahun 1969 saya mencoba jualan di Tasikmalaya. Di luar dugaan ternyata mendapat sambutan,” ujarnya. Zaenal juga mengklaim Bubur Ayamnya Halal, dari penyembelihan ayamnya hingga proses penyajian Buburnya.
Usaha bubur yang maju itu tentu berdampak pada kehidupan Zenal sekeluarga. Anak-anaknya berhasil menyelesaikan sekolahnya hingga menjadi sarjana. Selain itu, hampir semua sudah melaksanakan ibadah haji dan umrah. Zenal tidak banyak membuka cabang. Hanya ada satu di Bandung, terletak di Jalan Lengkong. Alasannya tidak menganggap sebagai kebutuhan mendesak.
Meski hanya berjualan bubur tapi bukan sembarang bubur. Dia menolak menyebutkan berapa omzetnya. Namun yang jelas, orang yang sudah tahu rasa buburnya maka sering berusaha untuk kembali ke Tasikmalaya meski hanya untuk makan bubur. “Alhamdulillah ini semua Allah yang mengatur,” tuturnya
Comment