JAKARTA (iHalal.id, 13 Agustus 2018) — Penyelenggaraan Festival Danau Sentarum (FDS) 2018 menjadi pemicu masuknya wisatawan mancanegara pelintas batas (cross border) dari Malaysia dan Brunei Darussalam melalui Pintu Lintas Batas Negara (PLBN) Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar) yang hanya satu jam perjalanan darat menuju Danau Sentarum.
“FDS 2018 menjadi salah satu event untuk memicu masuknya wisman cross border melalui PLBN Badau. Untuk menarik wisman cross border Kemenpar menggelar festival FDS dan Festival Perbatasan,” kata Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultural Esthy Reko Astuti didampingi Bupati Kapuas Hulu A.M. Nasir dan Ketua panitia FSD 2018, H. M Sukri dalam jumpa pers FDS 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Senin siang (13/08).
Esthy Reko Astuti mengatakan FDS 2018 yang masuk dalam daftar 100 Wonderful Events Indonesia 2018 menjadi event unggulan untuk wisata minat khusus (special interest tourism) bagi Kabupaten Kapuas Hulu yang memiliki Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) dan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) keduanya menjadi destinasi ekowisata andalan Kalbar.
Bupati Kapuas Hulu A.M. Nasir mengatakan Kabupaten Kapuas Hulu memiliki 3,1 juta ha hutan sebanyak 51,56% di antaranya dijadikan sebagai kawasan konservasi yaitu TNDS seluas 800 ribu ha, TNBK 132 ribu ha, dan hutan lindung lainnya.
“Event FDS 2018 kami jadikan sebagai sarana melestarikan budaya dan alam yang selaras dengan status Kapuas Hulu sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) Heart of Borneo (HoB), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), sebagai Kabupaten Konservasi, dan Kawasan Perbatasan Negara (KPN) yang berbatasan langsung dengan Sarawak- Malaysia,” kata A.M. Nasir.
A.M. Nasir menjelaskan, pengembangan pariwisata di Kapuas Hulu sudah lama menjadi prioritas karena dengan memanfaatkan kawasan konservasi sebagai ekowisata menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat dan daerah dengan tetap menjaga keseimbangan ekologi.
“Kita sadar pengembangan kepariwisataan bukan hal yang mudah, butuh waktu dan kerjasama para pihak. Oleh karena itu, kami terus mendorong dan memacu kerjasama dengan para pihak baik itu dalam lingkup nasional seperti Kementerian Pariwisata, Kementerian LHK melalui Balai Besar TNBKDS, dan Kementerian terkait lainnya, serta para NGO yang bekerja di Kapuas Hulu yang memiliki konsen terhadap pengembangan wisata, khususnya ekowisata,” kata A.M. Nasir.
Penyelenggaraan festival budaya yang mengangkat tema ‘Memacu Ekowisata Lintas Batas di Jantung Borneo’ ini akan berlangsung pada 25-28 Oktober 2018 mendatang di 4 tempat berbeda yaitu Putussibau sebagai kota Kabupaten Kapuas Hulu, Lanjak sebagai kecamatan yang berada dalam Kawasan Danau Sentarum, sebagai pusat kegiatan, Badau sebagai kota diperbatasan antara Indonesia dan Malaysia, serta Sriaman sebagai kota starting point kegiatan bersepada di Jantung Borneo.
Seperti diketahui kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kapuas Hulu menujukkan tren meningkat. Tahun 2018 jumlah kunjungan wisatawan ke Kapuas Hulu sebanyak 16.702 wisatawan terdiri atas 3.816 wisatawan mancanegara (wisman) dan 12.806 wisatawan nusantara (wisnus). Kunjungan wisatawan tahun ini diproyeksikan akan meningkat dengan adanya event FDS 2018 yang mentargetkan kunjungan 7.000 wisnus dan 800 wisman