JAKARTA (iHalal.id) — Grand Final Lomba Cipta Lagu Daerah Nusantara (LCLDN) 2023 yang digelar Kamis, 21 Desember 2023, malam, berjalan sukses dan meriah.
Dr. Sapta Nirwandar Wamen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2004-2009) founder Lomba Cipta Lagu Daerah Nusantara (LCLDN). (Foto: Dokumen pribadi).
Dua belas finalis yang tampil dalam acara tersebut, menyuguhkan penampilan memukau para juri. Digelarnya LCLDN memang berbeda dari penyelenggaraan lomba cipta lagu yang pernah ada.
LCLDN yang sudah ketujuh kali digelar ini punya tujuan mulia, yakni untuk melestarikan bahasa Nusantara melalui musik dan lagu.
“Agar bahasa Nusantara tidak punah. Dengan harapan, generasi muda kembali bangga dan memberikan apresiasi terhadap bahasa daerah. Dan paling penting, mereka tetap mau menggunakannya sebagai bahasa sehari hari,” ungkap Sapta Nirwandar selaku inisiator LCLDN, saat sesi jumpa pers.
LCLDN sendiri merupakan program yang dibuat Sapta bersama Produksi LPP RRI. Kehadiran LCLDN, dijelaskan Sapta, sekaligus sebagai upaya menggali potensi dan kreativitas orang muda berbakat dalam menciptakan lagu.
“Sekaligus memelihara warisan budaya, salah satunya adalah menjaga kelestarian bahasa daerah,” ungkap Sapta sambil menyebut para peserta LCLDN adalah kalangan muda yang datang dari beragam daerah.
Terpilih 12 Lagu
Menurut Dwiki Dharmawan Produser dan Direktur Musik LCLDN 2023 sejak diumumkan pada September lalu, telah terkumpul 184 peserta yang merupakan pencipta lagu dari berbagai penjuru Nusantara.
Di tangan tujuh dewan juri yakni Trie Utami, Helvy Tiana Rosa, Viky Sianipar, Ivan Nestorman, Sundari Sukotjo, Ivan Edbert dan Dwiki, terpilih 12 lagu yang berhasil masuk Grand Final.
Lagu “Baku Kele” karya Freitsna Sopaheluwakan dari Maluku, yang dinyanyikan Novalinda Kalibonso, meraih juara pertama dengan menggondol hadiah uang sebesar Rp 20 juta.
Memiliki Ciri Khas
“Masing-masing lagu yang masuk, memiliki ciri khas dan menggunakan syair atau lirik berbahasa yang sesuai daerah masing-masing, dengan tema lagu berkaitan dengan potensi wilayah dan budaya dan mengandung cinta persatuan bangsa,” lanjut Dwiki.
Viky Sianipar sebagai salah satu juri menyatakan, LCLDN sebagai lomba dengan penjurian yang paling sulit. “Karena saya merasa dikerjain Mas Dwiki. Semua lagu diaransemen oleh dia, dan jadi bagus. Saya jadi bingung, menilai mana yang bakal jadi juara,” ungkapnya dengan tertawa. (red/liputan6.com)