JAKARTA (iHalal.id) — Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mencanangkan Program Santripreneur, sebuah upaya pemberdayaan ekonomi pesantren dengan mengutamakan peran Santri dan potensi yang dimiliki pesantren. Pencanangan program Santripreneur bersamaan dengan Hari Santri Nasional pada Senin (22/10).
Hadir dalam acara tersebut, Direktur Utama BAZNAS, Arifin Purwakananta Kepala Divisi Pendayagunaan BAZNAS, Randi Swandaru dan Kepala BAZNAS Microfinance, Noor Azis.
Arifin Purwakananta mengatakan, program ini menjadikan pesantren sebagai basis dan pusat ekonomi, baik bagi warga pesantren maupun bagi masyarakat sekitar.
“Pemberdayaan ekonomi dalam Program Santripreneur diimplementasikan melalui pengembangan keuangan mikro pesantren dan Zakat Community Development (ZCD),” katanya.
Salah satu program Santripreneur yang sudah berjalan ialah program BAZNAS Microfinance di Pondok Pesantren Sidogiri di Kota Pasuruan, Jawa Timur.
BAZNAS bekerjasama dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pesantren memberikan bantuan pembiayaan kepada 851 pelaku usaha mikro sebesar Rp3 Miliar. Penerima manfaat ini terdiri atas para alumni pesantren, masyarakat sekitar dan para wali santri yang tersebar di berbagai cabang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Sidogiri.
Sebelumnya, Pesantren Sidogiri telah membangun ekonomi pesantren, dengan menyatukan warga pesantren dan masyarakat sekitar.
“Program Santripreneur di Pesantren Sidogiri diharapkan dapat memperkuat kelembagaan ekonomi yang sudah ada dan memberikan dampak ekonomi berlipat bagi seluruh warga pesantren, santri dan juga bagi Masyarakat sekitar Pesantren Sidogiri,” katanya.
Saat ini BAZNAS juga tengah mengembangkan Program ZCD di Pondok Pesantren Nurul Huda, Desa Langgongsari, Cilongok, Banyumas. Potensi di wilayah pesantren ini sangat besar untuk pemberdayaan ekonomi, antara lain dengan jumlah santri sekitar 1.000 orang disiapkan untuk memproduksi hygiene kit yang dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari serta produksi biogas untuk menghasilkan listrik bagi pesantren.
Selain itu, warga sekitar Pesantren memiliki usaha gula kelapa yang dapat dioptimalkan pasokan produksi dan pemasarannya. Wilayah ini juga sedang disiapkan menjadi desa buah durian di Jawa Tengah.
“Santri dan pesantren menjadi bagian penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena itu BAZNAS memberikan perhatian bukan hanya saat momen hari santri saja,” katanya.
Selain dua pesantren tersebut, BAZNAS juga menyalurkan zakat dan infak ke sejumlah pondok pesantren di Indonesia. Pada 2016-2017, BAZNAS menyalurkan bantuan sebesar Rp 6,3 Miliar kepada 112 pesantren.
Sedangkan pada 2017-2018, sebaran penerima manfaat semakin meluas, yakni bertambah menjadi 144 pondok pesantren dengan total dana tersalurkan sebanyak Rp7,4 Miliar.
“Sejak dulu, pesantren menjadi penggerak masyarakat, santri sendiri terdidik menjadi ahli agama dan memiliki ahlak yang baik. BAZNAS ingin para santri juga bisa ikut meningkatkan perekonomian dan mengentaskan kemiskinan melalui program Santripreneur ini,” katanya.
Selain pemberdayaan yaitu untuk permodalan juga melalui baznas, melalui skema permohonan.
Santripreneur ini untuk menangkis juga paham radikalisme,namun demikian menurut Arifin Purwakananta ini justru mendayagunakan para santri dalam pemberdayaan sumber daya manusia. (Deden Heru)