Oleh Idat Mustari*
Sidang terdakwa pembunuhan Brigadir J sedang berlangsung. Persidangan yang menjadi sorotan publik. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga luar negeri. Putusan seperti apa yang dijatuhkan oleh hakim pun dinanti. Namun tak akan pernah ada persidangan ini jika saja tewasnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) tidak terungkap.
Ferdy Sambo dan Istrinya Putri Candrawathi (PC) dan yang lainnya jadi tersangka dan maju ke meja persidangan tidak saja karena hadirnya peran Kamaruddin Simanjuntak, sebagai pengacara keluarga Almarhum Brigadir J, yang lantang, berani tanpa takut.
Juga peran para nitizen di media sosial yang mengikuti perkembangan dari setiap episode pada kasus ini. Media sosial telah jadi “alat penegak hukum” baru yang mendorong penegak hukum untuk bertindak serius dalam penegakan hukum. Media sosial telah jadi alarm bagi POLRI untuk bertindak professional.
Selain peran Pengacara dan Media sosial dalam mengungkap kasus tewasnya Brigadir J ada peran yang paling menentukan yakni Keluarga almarhum. Saat Keluarga dilarang membuka peti jenazah Brigadir J, dengan lantang meminta peti jenazah dibuka, seperti dalam video yang diunggah oleh tante Brigadir J, Rohani Simanjuntak. Ayah Brigadir J sampai mengatakan dirinya tak ingin membeli kucing dalam karung karena tak diizinkan melihat jenazah anaknya di dalam peti.
Keluarga almarhum J memiliki nyali yang besar untuk tidak serta merta menerima cerita tembak menembak yang dibuat oleh seorang jendral bintang dua (Irjen). Andaikan saja Keluarga Almarhum J hanya sumerah pasrah maka cerita Brigadir J tertembak setelah diduga melakukan pelecehan pada Istrinya Irjen Sambo, yang bernama Putri Candrawathi.
Kemudian karena mendengar teriakan Putri Candrawathi, sehingga Bharada E yang berada di lantai 2 pun mendengarnya. Lantas Bharada E berjalan menuju kamar, tetapi Brigadir J keluar lebih dahulu. Brigadir J disebut mengeluarkan tembakan sebanyak tujuh kali dan dibalas oleh Bharada E sebanyak lima kali.
Tidak ada tembakan Brigadir J yang mengenai Bharada E, tetapi tembakan Bharada E menewaskan Brigadir J. Setelah kejadian itu, Putri menelepon Sambo yang disebutkan sedang melakukan tes PCR di luar rumah. Ini bakal Jadi cerita sahih.
Hebatnya lagi yang bereaksi atas tewasnya keluarga Brigadir J, bukan saja ayah dan ibunya Almarhum J tetapi juga dari Rohani Simanjuntak, tante Brigadir J yang berani menentang intimidasi yang datang dari Ferdy Sambo melalui anak buahnya , seperti dikutip dari program Rosi di Kompas TV, Kamis (3/11/2022).
Selain Keberanian seluruh keluarga Besar J, adalah dukungan yang datang dari marga Hutabarat dan Simanjuntak. Menurut sejarawan dari Universitas Negeri Medan, Erond L. Damanik dukungan itu tak lepas dari asosiasi klan yang kuat.
Keluarga Almarhum Yoshua (Brigadir J) dengan keberaniannya telah berhasil mengungkap kejanggalan demi kejanggalan yang ditemukan dalam kematian Brigadir J. Keluarga Almarhum Brigadir J adalah simbol keberanian masyarakat. Keluarga Almarhum Brigadir J telah mengajarkan-mengingatkan bahwa keadilan hanya bisa tegak jika ada keberanian.
* Pemerhati Sosial, dan Kebangsaan