JAKARTA (iHalal.id) — Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita heran dengan sejumlah negara yang memiliki pasar terbatas untuk produk-produk halal, tetapi bisa mengungguli Indonesia dalam sejumlah indikator hasil produk halal. Beberapa negara yang ia maksud yakni Singapura, Malaysia dan sejumlah negara Eropa.
Pertanyaannya, mengapa negara-negara seperti Singapura, Malaysia dengan market-nya yang sebetulnya kalau dibandingkan dengan Indonesia sangat terbatas. Tetapi dari beberapa kategori yang tadi saya sampaikan, Malaysia di atas Indonesia,” ujar Agus dalam sambutannya di acara Indonesia Halal Industry Awards (IHYA) 2024 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Jumat (27/9/2024).
Ia menjelaskan posisi ekonomi syariah Indonesia di tataran global terus meningkat di berbagai sektor.
Pada 2023, secara keseluruhan Indonesia naik satu peringkat menjadi posisi ketiga pada Global Islamic Economy Indicator yang dirilis oleh Dinar Standard.
Meski masuk tiba besar, ternyata posisi Indonesia masih berada di bawah Malaysia. “Malaysia posisinya posisi pertama, posisi kedua adalah Arab Saudi dan kita posisi ketiga. Walaupun masih di atas Uni Emirat Arab dan juga Bahrain,” kata Agus.
Ia kemudian memaparkan, Global Islamic Economy Indicator memakai lima indikator di lima sektor untuk mencatat kenaikan peringkat Indonesia. Di antaranya, pertama, di sektor farmasi dan kosmetik halal, Indonesia menduduki peringkat kelima. Posisi Indonesia berada di bawah Singapura. “Jadi kita sudah posisi kelima dalam farmasi dan kosmetik halal.
Namun masih di bawah Singapura, yang menurut saya apakah benar mereka ada pabrik (kosmetik halal) di sana. Di bawah Belgia posisi kedua, di bawah Malaysia dan juga di bawah Perancis,” jelas Agus.
Kedua, untuk sektor makanan dan minuman, Indonesia berada di nomor dua setelah Malaysia.
Namun, posisi Indonesia untuk makanan dan minuman berada di atas Turkiye, Singapura dan Thailand.
Ketiga, untuk modest fashion Indonesia menduduki peringkat ketiga di bawah Turkiye dan Malaysia. Dalam kesempatan tersebut, Agus menekankan bahwa secara global ekonomi syariah dan industri halal memiliki potensi yang sangat besar.
Jika merujuk kepada data yang dirilis oleh State of the Global Islamic Report edisi 2023-2024 jumlah konsumsi produk halal di dunia diperkirakan akan mencapai 2,4 triliun dolar Amerika Serikat (AS) pada 2024. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center Forum on Religion and Public Life, diperkirakan populasi muslim dunia akan terus bertambah hingga mencapai sekitar 2,2 miliar orang atau 26,5 persen dari total penduduk dunia pada 2030.
Angka tersebut tentu sejalan dengan pertumbuhan demand (pemintaan) produksi industri halal. Jadi ini tidak perlu sulit-sulit demand side, karena memang demand-nya pasti akan tumbuh sendiri. Sekalian bagaimana kita bisa menutup agar demand yang semakin lama semakin tinggi itu bisa diperoleh dari industri dalam dunia,” jelas Agus. (red/kompas.com)