JAKARTA (iHalal.id) — Kesehatan bagi personel penerbangan merupakan “nyawa” agar yang bersangkutan tetap bisa menjalankan profesinya. Dalam hal ini, pilot harus melakukan tes medis (medical examination) atau medex setiap enam bulan. Begitu pula awak kabin, Flight Operation Officer (FOO), Air Traffic Controller (ATC), dan personel penerbangan lainnya melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai peraturan penerbangan yang berlaku.
Kepala Balai Layanan Umum (BLU) Balai Kesehatan Penerbangan (Hatpen) Kementerian Perhubungan, Sri Murani Ariningsih (Rindu), mengatakan, salah satu yang harus dipahami personel penerbangan adalah bagaimana terjadinya inkapasitasi atau ketidakmampuan pada pelaksanaan tugas yang diakibatkan oleh adanya sindroma metabolik. Bagaimana pula cara pencegahan kondisi sindroma metabolik.
“Sindroma metabolik adalah istilah kedokteran untuk menggambarkan kombinasi dari sejumlah kondisi, yaitu hipertensi (tekanan darah tinggi), hiperglikemia (kadar gula darah tinggi), hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi), dan obesitas, yang dialami secara bersamaan. Seseorang tidak dianggap mengalami sindroma metabolik apabila hanya menderita salah satu kondisi tersebut,” ujarnya di Jakarta, Minggu (22/9/2019).
Dijelaskan, kondisi-kondisi yang terdapat di dalam sindroma metabolik merupakan faktor risiko untuk mengalami penyakit yang serius. Sindrom ini meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke, juga diabetes.
Rindu mengatakan hal itu saat memantapkan kesiapan seminar yang akan diselenggarakan BLU Hatpen bertema “Risiko Inkapasitasi Personel Penerbangan Kondisi Sindroma Metabolik”. Seminar ini akan dilaksanakan di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta, pada Selasa 1 Oktober 2019.
Menurut Rindu, dalam seminar ini, BLU Balai Hatpen akan mengundang para personel penerbangan di Indonesia, termasuk yang memiliki wewenang dalam bidang kesehatan di instansi atau perusahaan terkait.
Karena itu, lanjut dia, menjaga kesehatan bagi para personel penerbangan merupakan hal yang harus menjadi prioritas. “Kami sebagai pembina di bidang kesehatan penerbangan secara berkesinambungan memberikan pengetahuan tentang kondisi berbagai gejala penyakit dan risikonya yang bisa jadi dialami personel penerbangan,” tutur Rindu. (Sat)