Pesan Moral Dari New York (Bagian – 74); “That is life”

“That is life”

(Begitulah perjalanan hidup)

Catatan Utteng*

Some time ago I ate a fruit. In the beginning it tasted so bitter. But after some time, the taste turned sweet. Because of its sweetness the taste of bitterness on my tongue disappeared.

That is life. Often we experience something bitter and undesirable in the beginning, but as time passes and the walk continues, we will begin to feel the joy and the pleasure of life. That joy and pleasure makes the bitter and undesirable disappear.

Means:

Beberapa waktu lalu saya memakan sebuah buah. Awalnya saya merasakan buah itu sangat pahit. Namun setelah beberapa waktu berlalu dan perjalanan hidup berlanjut, buah itu menjadi terasa manis. Manisnya buah itu menjadikan rasa pahit di lidah saya sirna.

Begitulah perjalanan hidup. Seringkali kita merasakan sesuatu yang pahit dan tidak menyenangkan di awal. Tapi sejalan berlalunya waktu dan perjalanan hidup juga berlanjut kita akan mulai merasakan keindahan dan kenyamanan hidup itu. Kenyamanan dan keindahan itu menjadikan sesuatu yang pahit dan tidak menyenangkan sirna dengan sendirinya.

  • Imam Shamsi Ali,m Putra Kajang Sulawesi Selatan di Kampung Donald Trump.

(Keterangan foto: Membimbing syahadah seorang muallaf di masjid PBB New York. Salah satu mendorong beliau tertarik dan menerima Islam adalah karena Islam itu “sempurna” dan “praktis” dalam membimbing hidup manusia. Beliau inilah yang pernah merasa punya kecenderungan seksual yang tidak normal. Alhamdulillah, dengan izin Allah, islam jadi “syifaa” baginya. Dua tahun kemudian dia menikah dengan perempuan keturunan Maroko. Doakan semoga istiqamah!)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *