JAKARTA (iHalal.id) — Kepala Balai Kesehatan Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Sri Murani Ariningsih mengungkapkan, berdasarkan data, personel penerbangan yang terdeteksi kondisi sindroma metabolik menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini perlu menjadi perhatian serius demi terpenuhinya personel penerbangan yang handal.
“Kami berharap, kepada para personel penerbangan agar lebih menjaga tingkat kesehatan dan performanya, sehingga terwujud keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam penerbangan,” tutur Sri Murani Ariningsih yang akrab dipanggil Rindu, saat Seminar betema “Risiko Inkapasitasi Personel Penerbangan pada kondisi Sindroma Metabolik” di Jakarta, Senin (1/10/2019).
Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran personel penerbangan terhadap pentingnya menjaga kesehatan. Seminar dibuka secara resmi oleh Direktur Navigasi Penerbangan, Asri Santosa diikuti sebanyak 131 peserta yang terdiri dari para pejabat di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara,maskapai penerbangan dan siswa siswi Sekolah Tinggi Ilmu Penerbangan (STIP).
Berdasarkan hasil penelitian 2015-2019, Balai Kesehatan Penerbangan mencatat prosentase kondisi sindroma metabolik personel penerbangan pada tahun 2015 sebesar 18,28%, tahun 2016 sebesar 19,78%, tahun 2017 sebesar 20,15% dan tahun 2018 sebesar 20,56%.
Hasil penelaahan berdasarkan metabolisme, diketahui bahwa komponen sindroma metabolik lainnya, seperti tekanan darah, profil lemak, dan kadar gula tubuh yang terganggu, berawal dari obesitas. Maka penting sekali peran obesitas sebagai indikator gangguan metabolisme dalam tubuh.
Obesitas bisa jadi indikator penyebab hipertensi, gangguan metabolisme gula darah atau insulin, juga diabetes melitus dan gangguan metabolisme lemak. Pada akhirnya hal itu menyebabkan sindroma metabolik, bahkan gangguan kardiovaskukar.
Dari hal itulah, seminar tersebut berguna menambah pengetahuan dan kesadaran tentang sindroma metabolik, khususnya bagi operator atau stakeholder penerbangan, juga regulator. Seminar menghadirkan pembicara tiga dokter spesialis, yakni dr M Sedijono, dr Carmen M Siagian, dan dr Ferdi Afian, serta Capt Hasfrinsyah, pilot Garuda Indonesia yang sudah berkiprah sampai berusia 65 tahun.
“Tentu saja di sini kita bisa saling berbagi ilmu serta berkolaborasi antara semua pihak terkait untuk mencari jalan terbaik pencegahan sindroma metabolik pada personel penerbangan,” ucap Rindu.
Dia juga berharap, seminar tersebut dapat memberi manfaat, khususnya bagi personel penerbangan. “Agar personel penerbangan terjaga tingkat kesehatan dan performanya sehingga terwujud keselamatan, keamanan dan kenyamanan dalam penerbangan,” ujarnya.
Dalam sambutan, Asri menyampaikan bahwa permasalahan sindroma metabolik perlu diperhatikan oleh semua stakeholder penerbangan. Sindrome Metabolik merupakan sekumpulan kondisi yang terjadi secara bersamaan seperti peningkatan tekanan darah, kadar gula darah yang tinggi, kelebihan lemak di sekitar pinggang, serta kenaikan kadar kolesterol yang tidak biasa.
“Kami himbau kepada para maskapai penerbangan untuk mengecek kesehatan para personilnya secara berkala untuk mencegah terjadinya inkapasitas yang disebabkan oleh gangguan kesehatan sindroma metabolik, dengan begitu standar kesehatan fisik dan psikis personel penerbangan akan sesuai standar yang sesuai dengan standar Internasional Civil Aviaton Organization (ICAO) dan Civil Aviaton Safety Regulation(CASR) atau Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) sehingga personel penerbangan dapat berkerja secara optimal,” tutur Asri. (Sat)