Public vs Private

Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi*

Dalam Al-Quran, Surah ke 49 ayat 5, Allah menyampaikan:

ياايهاالذين امنوا إن جاءكم فاسق بنبا فتبينوا ان تصيبوا قوما بجهالة فتصبحوا علي ما فعلتم نادمين

Pada ayat ini Allah menggariskan satu hal penting dalam hubungan antar manusia. Hal itu adalah upaya menjaga kemungkinan terjadi kesalah pahaman, atau mungkin “manipulasi” informasi di antara sesama manusia.

Salah satunya adalah Urgensi “klarifikasi” (tabayun) terhadap setiap informasi yang sampai kepada kita. Hal ini menjadi sangat penting, selain karena kita hidup dalam dunia informasi yang penuh misinformasi. Juga karena salah satu kecenderungan manusia adalah “gesit sharing” informasi yang diterimanya, bahkan sebelum dia sendiri paham secara baik.

Akibatnya informasi kecil boleh jadi menjadi besar. Informasi biasa boleh jadi menjadi luar biasa. Satu kesalahan informasi melebar dan menyebar menjadi seribu mis-informasi.

Di sìnilah kemudian Al-Quran mengingatkan: “dan bertabayunlah” atau klarifikasilah jika ada informasi yang sampai kepada kalian, khususnya jika hal itu terkait dengan kesalahan atau dosa (kefasikan).

Kata إن جاءكم فاسق (ketika orang fasik datang kepadamu) bisa dimaknai: jika ada orang fasik yang anda kenal datang dengan berita. Atau boleh juga bermakna jika berita yang dibawa itu memang mengandung kefasikan (dosa-dosa). Atau boleh jadi berita yang disampaikan itu dapat menimbulkan kefasikan dan dosa.

Seringkali informasi yang disampaikan tentang seseorang/sesuatu dianggap biasa saja. Bahkan mungkin dinilai baik-baik saja. Namun boleh saja informasi itu tidak disukai oleh baik mengenai seseorang itu atau tidak disukai oleh orang yang menerimanya. Pada akhirnya yang timbul adalah “ketidak enakan” akibat dari misinformasi yang bisa saja menimbulkan kesalah pahaman.

Kefasikan di sini juga bisa berarti “setting” atau bentuk (keadaan) terjadinya pembicaraan yang kemudian menjadi obyek informasi. Ada sebuah pepatah yang mengataka: “لكل مقال مقام ولكل مقام مقال”. Artinya bahwa setiap pembicaraan itu ada tempatnya (posisi/keadaan). Dan setiap keadaan ada cara ekspresi yang sesuai.

Ketika pembicaraan itu dalam setting/keadaan (maqaam) publik maka semua punya hak untuk mendengar dan menyampaikan dengan penuh amanah. Tapi ketika pembicaraan itu adalah setting private maka “privacy” dari pembicaraan itu adalah amanah masing-masing pihak. Jika pembicaraan itu ternyata disebarkan padahal jelas settingnya private maka itu bentuk “betrayal” kepada kesepakatan dua pihak.

Apatah lagi jika pembicaraan dalam setting private itu direkam “secara diam-diam” alias tanpa persetujuan pihak yang direkam. Kalaupun perekaman ini substansinya baik-baik saja, tapi itu akan menjadi misteri dan tanda tanya. Biasanya yang terbiasa melakukan hal seperti ini adalah spy (mata-mata atau jasuus). Atau orang yang memang punya i’tikad yang dipertanyakan.

Saya seringkali diwawancarai oleh media, baik media Indonesia maupun Amerika dan lainnya. Biasanya sebelum direkam secara audio saya akan dimintai persetujuan. Bahkan Ketika wawancara itu akan disebarkan maka harus ada pernyataan persetujuan (statement of consent) yang saya ditanda tangani.

Merekam seseorang secara diam-diam dalam “setting private conversation” tidak saja dipertanyakan. Tapi realitanya bahwa ketika seseorang berbicara akan ada kesalahan-kesalahan yang boleh jadi tidak disengaja. Kesalahan ini boleh jadi bumerang baginya ketika ada momen-momen yang tidak diinginkan di masa depan.

Karenanya wajar jika informasi-informasi yang mengandung kefasikan, disampaikan oleh orang fasik, bahkan didapatkan dengan cara tidak etis, dapat menimbulkan kefasikan. Dan semua itu diingatkan oleh Al-Quran: ان تصيبوا قوما بجهالة (dengan sikap itu kalian menimpakan kebodohan kepada umat).

Kebodohan dalam kenyikapi Informasi, kebodohan dalam memahami informasi, dan mengantar kepada asumsi-asumsi bodoh yang membodohkan.

Akibatnya: فتصبحوا علي مافعلتم نادمين..Pada akhirnya ketika kebodohan-kebodohan itu menjadi kegelisahan bahkan mengantar kepada perselisihan pastinya berujung pada “penyesalan”.

Jahatnya lagi ketika yang melakukan itu tidak merasa bersalah dan tidak ada rasa menyesal. Kebal!

NYC Subway, 5 Januari 2023

(Utteng Al-Kajangi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *