JAKARTA (iHalal.id) — Indonesia sudah saatnya merebut Pasar Halal global sebagai produsen. Pasar Halal Global yang saat ini mencapai US $ 1.2 Trillion dipastikan akan mampu memberdayakan ekonomi masyarakat ditengah ancaman resesi dunia.

Pengamat sekaligus CEO Indonesia Halal Lifestyle Center Dr. Sapta Nirwandar dalam Podcast Indrawan Nugroho bertajuk “Bisnis Halal 3.000 Trilyun”.
Hal itu dikatakan Pengamat sekaligus CEO Indonesia Halal Lifestyle Center Dr. Sapta Nirwandar dalam Podcast Indrawan Nugroho bertajuk “Bisnis Halal 3.000 Trilyun”, Selasa 11 Jumadil Awal 1444 H (6/12).
Sapta Nirwandar yang juga Wakil Menparekraf (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) periode 2011-2019 mengingatkan potensi bisnis Halal di tanah air.
“Ada Rp 3.000 Trilyun peluang pasar di Industri Halal tanah air yang perlu dimanfaatkan para pelaku Usaha UMKM sebagai langkah persiapan untuk bersaing di tingkat global.”, tambah Penasehat Utama Menparekraf bidang Wisata Halal itu lebih lanjut.
Halal adalah proses produksi yang disertifikasi oleh BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal) Kementerian Agama dan diaudit LPH (Lembaga Pemeriksa Halal ), seperti Sucofindo, LPPOM MUI, sehingga terjamin dan diakui. Oleh karena itu, Sapta mengajak para Pelaku Usaha, terutama UMKM segera mengurus Sertifikat Halal BPJPH, agar memiliki nilai tambah.
Berdasarkan laporan DinarStandar tahun 2021, jumlah Penduduk Muslim dunia saat ini mencapai 1.9 Milyar juta jiwa, dengan potensi pasar Halal sebesar US$ 1.2 Trillion. Dengan jumlah penduduk muslim terbesar dunia, Indonesia diharapkan akan mampu memimpin Halal Business global tadi, terutama di sektor Food & Beverages, Fashion, Tourism.
Sementara Mastercard-CrescentRating Halal Food Lifestyle Indonesia Report 2021 menyebutkan pengeluaran masyarakat Muslim Indonesia untuk konsumsi makanan dan minuman diperkirakan mencapai Rp 1.000 triliun. Konsumsi tersebut dihabiskan baik melalui makan di rumah, makan di luar, ataupun melalui layanan pesan-antar. Laporan diambil dengan melakukan survey terhadap 1.000 responden.
Berdasarkan laporan lembaga rating yang berpusat di Singapura tersebut, 50% dari responden menghabiskan uang Rp 25 ribu-100 ribu untuk sekali makan. Mereka juga menghabiskan 10% dari pendapatannya untuk makan di luar.
Masyarakat Muslim Indonesia juga senang menikmati cemilan seperti cendol dan gorengan. Sebanyak 63% mengatakan mereka suka membeli gorengan seperti singkong. Besarnya pengeluaran masyarakat Muslim Indonesia inilah yang menjadi sorotan laporan Mastercard-Crescent.
Berdasarkan perkiraan mereka, jumlah pengeluaran untuk produk dan jasa halal di Indonesia pada tahun 2020 menyentuh angka US$ 184 miliar (Rp 2.637 triliun). Angka ini diprediksikan meningkat menjadi US$ 281,6 miliar (Rp 4.036 triliun) pada tahun 2025. (Gaf)