Wisatawan Muslim Keluhkan Minimnya Halal Food Maskapai Penerbangan

JAKARTA (iHalal.id) — Halal Tourism (Wisata Halal–red) dipercaya Lembaga Wisata Dunia (UNWTO = United Nations World Tourism Organization–red) sebagai penyumbang devisa dalam industri wisata global. Bahkan keberadaanya kini mejadi perhatian lembaga pemeringkat dunia yakni Global Muslim Travel Index (GMTI).

Hanya saja dalam prakteknya kurang mendapat perhatian dari dunia penerbangan, khususnya maskapai yang memiliki rute destinasi wisata ke 57 negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) seperti Indonesia.

Baru-baru ini, beberapa wisatawan muslim yang tengah menikmati liburan ke Jepang mengeluhkan tidak adanya pilihan makanan halal (baca: muslim food) selama penerbangan. Salah seorang wisatawan asal Jakarta yang terbang bersama anggota keluarganya menuturkan, pihak maskapai hanya menyampaikan, jika ingin mengajukan muslim food harus melalui permintaan khusus dan itupun diajukan jauh-jauh hari sebelum terbang.

Ketua umum YPHI (Yayasan Pruduk Halal Indonesia–red) yang juga sekretaris jenderal Auditor Halal Dunia Dr. Muhamad Yanis Musdja menyayangkan sikap maskapai tersebut.

“halal food merupakan extended service (pilihan layanan) yang wajib disediakan pihak maskapai penerbangan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim secara otomatis, sebagaimana layaknya kaum vegetarian (pengkonsumsi sayuran–red) yang juga harus diakomodir,” ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran UIN Jakarta kepada redaksi iHalal.id melalui pesan singkat Whattapps beberapa waktu lalu.

Yanis berharap Indonesia sebagai anggot IATA (Organisasi Penerbangan Dunia–red) berperan aktif melakukan sosialisasi pentingnya muslim food sebagai penunjang halal tourism.

Halal Tourism sendiri merupakan bagian dari Halal Bussiness yang lahir dari adanya kebutuhan umat Islam dunia — terutama di  57 Negara anggota OKI — akan Halal, terutama di sektor; Makanan, Kosmetik, Fashion, Keuangan hingga Wisata.

Indonesia Target Wisata Halal Dunia

Sejak 2019, Pemerintah Indonesia telah mentargetkan untuk menjadi negara peringkat pertama destinasi wisata halal dunia sekaligus menjadi destinasi paling ramah terhadap wisatawan muslim versi Global Muslim Travel Index (GMTI).

Menurut CEO Crescentrating.com & HalalTrip.com Fazal Bahardeen,  peluang Indonesia sangat besar dalam menarik wisatawan muslim dunia, yang sejak  2020 diproyeksikan mencapai 158 juta dengan pertumbuhan sekitar 6%.

Dijelaskan, GMTI memproyeksikan pada 2020 jumlah wisatawan muslim dunia mencapai 158 juta dengan total pembelanjaan sebesar 220 miliar dolar AS atau setara Rp 3.080 triliun dengan pertumbuhan 6% pertahun. Pertumbuhan tersebut diharapkan terus meningkat menjadi 300 miliar dolar AS atau setara Rp 4.200 triliun pada 2026.

Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak tahun 2019, telah   menetapkan IMTI ( Indonesia Muslim Travel Index)  terhadap 10 destinasi wisata halal unggulan  yakni Aceh, Riau dan Kepulauan Riau, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur (Malang Raya), Lombok, dan Sulawesi Selatan (Makassar dan sekitarnya).

Sebelumnya, IMTI, berdasarka GMTI, telah menetapkan Lombok berada pada urutan pertama sebagai destinasi wisata halal terbaik di Indonesia dan Aceh di urutan kedua. (Gaf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *